Breaking News

Rumah Pengering Kopi Geothermal Kamojang Dukung Ekonomi Sirkular dan Kewirausahaan Sosial

Ilustrasi perkebunan kopi - genkebun.com

Garut, GENKEBUN.COM – Rumah Pengering Kopi di Kamojang, Garut, memanfaatkan uap panas bumi sebagai sumber energi untuk pengeringan ceri kopi. Inovasi ini mendukung ekonomi sirkular dan kewirausahaan sosial di sektor kopi lokal.

Teknologi pengeringan kopi geothermal ini dikembangkan oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang. Sistem memanfaatkan uap buangan dari pembangkit listrik tenaga panas bumi untuk mengeringkan kopi secara efisien dan ramah lingkungan.

Sejak 2023, fasilitas ini melayani pelaku usaha kopi dari Bandung dan Garut. Rumah Pengering Kopi mampu memangkas waktu pengeringan hingga tiga kali lipat dibandingkan metode konvensional, sehingga proses produksi menjadi lebih cepat.

Bangunan pengering sederhana berbahan kayu, baja ringan, dan plastik bening ini memiliki sistem pengatur suhu antara 33–50 derajat Celsius. Cahaya matahari tetap menembus ruangan, menjaga kualitas ceri kopi yang dikeringkan.

Kapasitas fasilitas saat ini mencapai enam ton ceri kopi dalam operasional 24 jam. Hal ini memudahkan pelaku usaha mengelola panen tanpa tergantung pada cuaca atau penjemuran manual di lahan terbuka.

Moh Ramdan Reza, atau Deden, salah satu pelaku usaha kopi di Desa Laksana, mengaku terbantu dengan keberadaan rumah pengering. Proses pengeringan yang lebih cepat menekan biaya operasional sekaligus meningkatkan kapasitas produksi.

Deden menilai sistem pengeringan ini mempercepat proses natural kopi dari 30–40 hari menjadi 7–10 hari. Waktu singkat tersebut memungkinkan pengalihan biaya produksi untuk membeli kopi dari petani dengan harga lebih tinggi.

Penerapan metode geothermal ini juga melibatkan banyak petani lokal. Kerja sama ini membangun model kewirausahaan sosial, sehingga keuntungan produksi bisa dinikmati oleh petani dan produsen secara lebih seimbang.

Deden menjelaskan bahwa tujuan utama kolaborasi ini bukan sekadar mempercepat pengeringan, tetapi juga untuk menciptakan keseimbangan ekonomi antara petani dan produsen, sehingga seluruh pihak yang terlibat merasakan manfaat.

"Saya ingin mempersempit kesenjangan petani dengan produsen. Jangan produsen saja yang semakin kaya, tapi petani juga harus kaya," ujar Deden, dikutip dari laman infopublik.id, Minggu (15/11/2025).

Selain Deden, pelaku usaha kopi lain seperti Aki Undang dan Ahmad Nur Fathurodin juga memanfaatkan teknologi pengeringan panas bumi. Mereka menilai inovasi ini meningkatkan efisiensi produksi sekaligus menjaga kualitas kopi.

Ahmad menyebutkan, kopi hasil pengeringan geothermal memiliki pasar baik di dalam maupun luar negeri. Produk yang dihasilkan sudah dikirim ke Korea Selatan, Jepang, dan Jerman, dengan prospek ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Rumah Pengering Kopi Geothermal Kamojang juga mendapatkan dukungan pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian Kabupaten Garut. Dukungan ini mempercepat penyediaan kopi berkualitas dalam jumlah besar untuk pasar domestik maupun ekspor.

Teknologi ini telah meraih penghargaan ASEAN Renewable Energy Project Awards 2024 untuk kategori off-grid thermal. Penghargaan ini menegaskan praktik terbaik pengembangan energi terbarukan di kawasan Asia Tenggara.

Sertifikat Paten Sederhana dari Kementerian Hukum dan HAM tahun 2024 mengukuhkan klaim PT PGE sebagai pengembang pertama inovasi pengeringan kopi berbasis panas bumi di Indonesia bahkan dunia.

Produk kopi dari rumah pengering ini dikenal sebagai kopi geothermal, yang unik dan memiliki cerita menarik bagi konsumen. "Penikmat kopi itu biasanya senang ceritanya, dan ini ada ceritanya kopi geotermal yang diklaim satu-satunya di dunia," kata Ahmad.

Rumah Pengering Kopi Geothermal Kamojang beroperasi sebagai fasilitas produksi aktif. Sistem ini tetap memanfaatkan uap panas bumi untuk pengeringan ceri kopi dan melayani berbagai pelaku usaha di Garut dan Bandung.(*)


Type and hit Enter to search

Close